Pages

Sunday, March 20, 2011

Facts: Banyak Ikhwah Tidak Disenangi dalam Pergaulan?

Kedengarannya seperti terlalu mendeskriminasi kaum 'ikhwah'. Kenapa pembahasan disini hanya terkhusus bagi ikhwah? Memangnya mereka siapa? Apa bedanya dengan 'orang lain'?

Nah, saya juga sependapat dengan argumen-argumen yang mengatakan, itu oknum, jangan digeneralisasi! atau memangnya kenapa? toh, mereka bukan malaikat, pasti ada salah juga..
Tapi, tolong lah..penampilanmu tetap berbeda dibandingkan orang-orang lain itu (terutama untuk para akhwat). Saat orang-orang melihatmu, akan segera tergambar atau 'terharap' dalam hati bahwa kamu seharusnya begini, seharusnya begitu.

Namun sekarang, saya tidak berlebihan bila menyebutkan, bahwa imej yang tergambar dalam pikiran banyak orang saat pertama melihatmu adalah 'orang-orang seperti ini menyebalkan'. mungkin ini akibat orang-orag sebelum kamu yang berbuat hal tidak mengenakkan jauh-jauh hari sebelumnya. Tapi, bagaimana tidak,,senyum tidak, bicara ketus, menyuruh-nyuruh dengan bossy.. Memang, hal ini banyak juga dilakukan oleh orang lain..tapi amanah yang kamu pikul lebih besar daripada mereka.. kamu harus mempertanggungjawabkan setiap kata-kata ataupun perbuatan yang kamu lakukan terhadap apa yang dipikirkan orang tentangmu.

Saya punya cerita, dulu..
teman-teman saya punya gelar untuk seseorang yang 'berpenampilan akhwat' di tempat kami. Mereka menyebutnya nenek lampir. Saya heran, bagaimana bisa sampai seperti itu. Saya bertanya, memangnya kenapa? Lalu mereka menceritakan pengalaman apa yang mereka alami bersama sang akhwat.
Waktu itu mereka melaporkan tentang sesuatu (maaf, lebih baik disamarkan). Mereka mungkin melakukan kesalahan (wajarlah, kami disana memang untuk belajar, kalau tidak berbuat salah dan sudah pintar, buat apa lagi kami disana?) Lalu, si akhwat tadi mengomentari dengan kata-kata yang sangat tidak pantas dikeluarkannya. "masak lebih panjang tangan dari kaki, emangnya dia anak monyet?" dan kata 'anak monyet' itu diucapkannya berkali-kali dengan maksud mengejek kesalahan yang diperbuat teman saya. Saya, sebisa mungkin dimanapun, kapanpun, jika saya bisa akan berusaha menjaga nama baik ikhwah. Namun, saat itu jujur saya tidak tahu harus berkata apa.

Belum lagi yang saya alami sendiri. Dicuekin sewaktu senyum kepada seorang senior akhwat, padahal saya haqqul yakin beliau melihat saya. Yah, mungkin beliau sedang banyak masalah, pikirannya sedang menerawang kemana-mana. Lalu ada lagi, senior lagi, ikhwan, beliau mengadukan kesalahan yang diperbuat juniornya kepada ketuanya, padahal si senior itu tahu bahwa hal itu bisa sangat megancam kelulusan juniornya itu. Menurut saya, apa salahnya ia bilang secara baik-baik ke juniornya itu? Ia ingatkan dulu, kalau masih bandel baru dilaporkan.. Dan belakangan saya tahu, bahwa si junior itu sedang sakit, makanya terhambat melaksanakan tugasnya dengan baik, bukan dia nya yang malas..nah kan...!

Dulu, sewaktu akan masuk dunia klinik..saya banyak mendapat cerita dari senior-senior akhwat tentang beratnya mencuri-curi waktu untuk Liqo' saat di per-koas-an. Dan banyak yang menceritakan, dengan bangga, bahwa mereka terkadang harus menghilang saat jam dinas untuk memenuhi agenda wajib itu.
Hmm...tejadi pertentangan dalam hati saya. Saya kurang suka, jujur..entah iman di hati yang sedang pudar sehingga berpikiran seperti itu, atau entah kenapa.
Saya pernah mencobanya dulu. Dan apa yang saya rasakan? Sangat sangat tidak tenang. Saya adalah tipe orang yang takut sekali meninggalkan dinas, meski untuk agenda syar'i seperti itu. Saya titip pesan kepada seorang teman yang 'mengerti', lalu pergi. Memang waktu itu sedang tidak ada pasien, tapi tetap saja... Saat sekitar 1 jam kemudian saya kembali, saya rasakan pandangan teman-teman yang setim dinas dengan saya itu agak berbeda. Saya yakin itu bukan hanya perasaan saya saja.

Saya menemukan Kakak yang ternyata sependapat dengan saya. Dia tidak setuju tentang Liqo' di jam dinas. Ia pernah dinas bersama seorang teman akhwat lainnya, dan total koas yang dinas saat itu ada berempat. Temannya yang akhwat itu berbisik padanya, mengatakan bahwa ia mau pergi sebentar, buat Liqo'. Lalu dia menjawab, "kamu bisa jaga hati aku, tapi apa kamu bisa menjaga hati 2 orang teman kita itu?"
Ya,Kakak itu benar. Apa kita bisa menjamin bahwa orangg tidak akan berpikiran buruk tentang kita sedangkan mereka tidak paham?
Banyak lagi aku dengar si A pato, si B pato, karena mereka sering menghilang saat dinas. Mereka meghilang memang karena alasan syar'i, mereka tidak melalaikan tanggung jawab mereka, tapi apa orang lain tahu? apa orang lain bisa diberi tahu?
Banyak yang juga suka menghilang saat dinas tapi dianggap biasa aja oleh orang-orang.. Yah, biarlah itu urusan mereka.. kembali lagi, kamu mengemban tanggung jawab lebih dari orang-orang itu.

Banyak sekali aku mendengar hal lainnya. Apakah dalam bertutur kata, dalam menjalankan prinsipnya 'yang penting yang saya lakukan benar' dan dia tidak mempedulikan cara yang ia pilih dan bagaimana pandangan orang terhadapnya, dalam belajar, dalam ujian, dalam diskusi, dan lain-lain..
mungkin termasuk saya. Mungkin di luar sana juga ada segerombolan orang, atau bergerombol-gerombol orang yang sedang membicarakan ketidaksukaan mereka terhadap saya. Wallahualam..

Apa akibatnya?
Mungkin, lama kelamaan kita akan semakin susah diterima orang. Dibilang munafik? jangan heran..
Lalu, kapan akan berdakwah? sedangkan mengusahakan penerimaan diri saja tidak bisa? Bagaimana akan mengusahakan penerimaan kebaika-kebaikan yang ingin disampaikan?

Bahkan, ada yang rela mengubah penampilannya dari yang dulunya sangat berhijab menjadi agak 'melebur' demi berharap penerimaan di kalangan umum. Jangan salahkan ia, namun jangan juga benarkan.

Mari kita introspeksi..Perbaikan apa yang bisa kita lakukan untuk semua ini..

Dunia ini keras kawan...jangan berharap lingkungan kita bisa 'dikondisikan' menjadi optimal seperti kita kecil dulu, atau seperti kita di kampus dulu...