Pages

Tuesday, July 6, 2010

Batal Menikah

Kali ini aku ingin menceritakan sebuah kisah nyata.

Sebut saja namanya N. Hari itu N masih harus berada di rumah sakit hingga malam hari karena merupakan jadwalnya untuk dinas malam. Di kesempatan dinas kali ini, ia menjadi dekat dengan seorang seniornya yang jarak angkatan mereka sangat jauh (beberapa tahun). Ia merasa cocok dengan Kakak senior itu, karena prinsip yang ia temui pada Kakak tersebut membuatnya lumayan merasa nyaman. Tetap memakai kaus kaki walau memakai sandal di waktu dinas dan jilbab yang selalu terjulur bisa jadi beberapa contoh. Mereka banyak bercerita (kebetulan pasien sore itu lagi sepi), hingga sampailah pada topik berat badan. Kakak yang sangat manis dan keibuan itu mengaku bahwa dulu ia tidaklah gemuk. Berat badannya naik drastis sejak sebuah peristiwa terjadi padanya. Hmm...apa itu? Ternyata ia pernah mengalami yang namanya "batal menikah". N pun menjadi penasaran,,kemudian mengalirlah cerita dari sang Kakak.

Beberapa tahun lalu, mungkin saat Kakak tersebut masih di preklinik, ia pernah menjalani sebuah proses ta'aruf dengan seorang ikhwan. Hingga akhirnya mereka berdua sepakat untuk menikah. Sang ikhwan (sepertinya seorang dokter), saat sudah dekat dengan waktu yang direncanakan untuk menjadi waktu melangsungkan pernikahan mereka, ternyata mendapat tawaran untuk PTT di daerah Aceh. Dan tawaran tersebut berasal dari Ibu sang Kakak yang berusaha mencarikankesempatan PTT untuknya. Ia pun menerima, dengan konsekuensi, mereka harus mengundur rencana mereka di awal.

Jadilah sang ikhwan menjalani PTT di daerah tersebut, bertahun-tahun. Selama itu, ia dan Sang Kakak tetap berhubungan. Mereka berdua yang awalnya bertekad untuk tidak pacaran, menjadi 'seperti berpacaran'. Sang Kakak terkadang juga mengirimkan makanan untuknya yang berada di negeri orang.

Waktu terus berlalu..menanti jawaban dari kisah mereka. Will it be a happy ending, or...?

Komunikasi pun berkurang. Hingga akhirnya mereka berdua memutuskan untuk megakhiri hubungan mereka. Hmm...

Tak lama, terdengarlah berita bahwa sang ikhwan akan menikah. Entahlah itu dengan siapa.

Bagaimana dengan si Kakak?

Yap, ia masih disini. Mungkin kompensasi, atau apalah namanya, hal itu memicunya untuk banyak makan ataupun ngemil, sehingga beratnya menjadi bertambah lebih kurang 10kg.

Hufftt......


Hari pun semakin gelap. Sudah wajar sepertinya bagi yang dinas untuk bergantian minta izin pergi makan. Sang Kakak mengajak N untuk pergi makan bareng.

"makan dimana Kak?" tanya N

"belum tahu, kita lihat aja ntar... Kita dijemput." Kata Kakak nya

N setuju. Sambil menunggu jemputan, mereka pun masih sempat mengerjakan keperluan pasien IGD yang tiba-tiba menjadi banyak. Tak lama setelah itu,

"N, jemputannya udah datang, yuk..."

Mereka pun menyelinap dari pandangan para residen yang sedang sibuk untuk pergi makan.

Di luar IGD, sudah menunggu sebuah mobil avanza berwarna silver. Sang Kakak naik di bangku depan, dan N naik di bangku tengah.

Siapa yang menjemput itu?

Hmm...bisa dibilang 'hampir' menjadi pacar sang Kakak.


Mereka pergi makan di tempat yang agak jauh (dasar pato). Di tempat makan, sang Kakak dan si cowok itu duduk bersebelahan, dan N duduk di hadapan mereka, menjadi pengusir nyamuk yang hendak mendekat.

"Kak,,bukannya bertekad nggak pacaran????"

4 comments:

Anonymous said...

Ini ceria lucu atau cerita sedih?
Apa benar begitu beratnya cobaan di klinik sehingga menggoyahkan keteguhan hati ikhwan akhwat?

emilia90 said...

bukan bermaksud cerita lucu ataupun sedih.
Cobaan di klinik memang berat, namun kmbali pd pribadi masing2. Saat preklinik lah waktu mengumpulkan kekuatan untuk menghadapi tantangan di klinik.
Tapi, btw, cerita di atas g ada hubungannya dgn kehidupan klinik ataupun preklinik. I think..

Unknown said...

Nggak ngerti akhirnya

mci-sukabumi said...

Gantung gtu ceritanya.