Pages

Monday, June 14, 2010

Tanpopo







Beberapa teman pernah bertanya,”kenapa suka banget sama dandelion?”

Hmm...lumayan sering mendapat pertanyaan seperti itu.

Sering jadi profile picture fb, background blog, gambar di buku agendaku, nama bluetoothku, dll. Sekarang pun juga,,saat aku memilih background yang ditawarkan blogger (dengan cara yang lebih simpel mengubah background), aku hanya tidak sengaja memilih background ini. Saat itu hanya karena tertarik dengan kombinasi hijau dan birunya, rumput dan langit.. namun teryata, sewaktu aku buka blog nya sehingga lebih jelas,eh, ada dandelion nya... *senang senang*

Pertanyaan itu,,mungkin pernah aku jawab pada beberapa orang.

Nah, disini aku akan mencoba menjawab,

Dandelion, atau tanpopo, atau Taraxacum officinale adalah tanaman yang mudah sekali dijumpai di kampungku. Dari kecil, sewaktu bermain dengan adik-adikku, setiap melihat dandelion yang sudah mekar, aku selalu mengambilnya dan meniupnya. Aku dan adik-adikku waktu itu menyebutnya ‘teman’. Jadi, jika kami sedang bermain dan melihat ada tanaman tersebut, adikku akan berkata “Kak Nissa, ada teman...!”

Saat duduk di SMP kelas II, waktu itu adalah masa-masa teman-teman dan aku menggandrungi komik-komik Jepang yang serial cantik itu. Aku baru mengenal komik-komik jenis itu saat itu, karena biasanya aku sangat akrab dengan komik-komik Abangku seperti Dragon Ball (42 jilidnya tamat!), Doraemon, Detektif Conan, Shinchan, dll. Saat itu (mungkin karena lagi puber-pubernya), aku rela menghabiskan uang jajanku yang sangat tak seberapa (berapa lah jajanan anak SMP.....) untuk mengumpulkan sebuah judul komik yang dikenalkan kepadaku dari jilid 1 nya. Judulnya “Imadoki”. Kata teman-teman semuanya ada 5 jilid. Aku pun rajin ke Toko Buku Gramedia untuk mengincar kalau-kalau jilid terbarunya sudah terbit.

Nah, di komik itu, diceritakan seorang siswi SMA bernama Yamazaki Tanpopo yang berasal dari desa dan mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di sebuah sekolah elite di kota. Saat mengetahui identitasnya, hampir seluruh warga sekolah itu menghinanya, mengatakan bahwa ia tidak pantas bersekolah disana. Ia selalu dikerjai. Namun, ia tetap bertahan, tetap ceria, bahkan bersedia membantu sewaktu teman-teman yang pernah menginjak-injaknya tersebut dalam kesulitan. Ia dikata-katai sebagai “rumput liar”, sesuai dengan namanya “tanpopo”. Rumput liar seperti tanpopo dapat tumbuh dimana saja, tetap mekar walau berkali-kali diinjak-injak orang, bertahan dalam segala cuaca. Beda sekali dengan bunga-bunga manja yang memerlukan perawatan khusus dan mudah layu, serta sangat merepotkan pemiliknya.

......sejak saat itu aku menjadi tambah suka dengan tanpopo...... ^_^

Tanpopo, rumput liar

Tiupkan semangatmu

Saturday, June 12, 2010

Mungkin?


Masih

Masih berdiri

Malam datang, angin pun tak peduli aku masih disini

Aku berjalan mengitari pasir yang basah

Dingin

Kupandangi cahaya terang disana, dari kamarku

Pasti nyaman sekali disana pikirku

Tapi sekali lagi, aku tak langsung berbalik

Kembali kutatap hamparan luas di hadapanku

Tak tampak apa-apa

Walau aku yakin ada banyak hal yang terjadi disana

Angin pun menghembuskan buih-buihnya, mengenai mataku

Perih, hingga perlahan butiran-butiran kristal pun menetes

Butiran itu semakin banyak tak terbendung

Masih tak beranjak, aku menyadari aku berdiri terlalu jauh

Kakiku sudah basah karena airnya

Mungkin memang waktunya pulang

Aku berbalik, sesekali menoleh lagi ke belakang berharap melihat sesuatu datang,

walau tak tahu itu apa

Aku terus berjalan pulang

Cahaya semakin dekat, aku sudah sampai di pasir yang kering

Namun aku melihat sesuatu

Sebuah cekungan yang sangat dalam

Aku ingat, itu jejak sebuah kapal yang telah pergi beberapa waktu lalu

aku berpikir mengapa jejaknya masih ada,

sebelum akhirnya menyadari

aku menarik kapal itu terlalu jauh,

hingga tak tercapai sapuan ombak

aku ingat, waktu itu ia berlabuh sangat lama disini,

walau penumpangnya selalu tak mau turun


hmm..mungkin jejaknya akan terus ada

mungkin ia kembali

mungkin saat ia datang lagi aku selalu punya tempat baginya berlabuh

mungkin masih lama, tapi biarlah jejaknya tetap ada

mungkin

atau

atau mungkin ia tak kembali...

mungkin saja

entah kenapa

aku percaya ia kembali

karena hatinya tertinggal disini