Pages

Wednesday, December 30, 2009

Dalam Kegamangan--Semoga Bertahan


‘Keributan’ yang terjadi belakangan ini membuat aku berpikir ulang tentang jalan yang telah aku pilih. Apa aku benar-benar akan disini selamanya, atau hanya saat ini?

Teringat diriku setahun lalu.

Setahun lalu, aku hanyalah seorang biasa. Bukan berarti aku ingin mengatakan bahwa aku yang sekarang adalah orang yang luar biasa, bukan. Aku yang setahun lalu, adalah seseorang yang hidup untuk diriku, keluargaku, dan teman-temanku. Aku larut dalam urusanku sendiri. Tergabung di BEM dan FSKI pun saat itu bertujuan untuk mencari pengalaman berorganisasi dan menambah panjang CVku. Aku yang terus datang ke halaqah hanya karena Kakak dan teman-teman kelompokku tidak bosan mengajakku, dan untungnya teman-temanku disana adalah teman-teman yang setipe dan aku merasa cocok dengan mereka.

Sampai suatu saat, di awal tahun ini, namaku tercantum dalam daftar nama peserta suatu pelatihan. Aku mengikuti technical meetingnya. Disana dibacakan aturan-aturan dan syarat-syarat menjelang dan selama acara. Sangat banyak amalan yaumi yang harus dilakukan. Aku sempat menggerutu dalam hati, “bukan begini caranya untuk mendidik seseorang…!” Ditambah lagi acaranya dilakukan setelah ujian, dan aku juga masih punya banyak tugas di BEM. Kapan aku akan menghafal, mencari, dan membaca buku yang ditugaskan itu?

Tibalah saat acara dilaksanakan. Hari pertama saja, kami langsung dikenai hukuman karena terlambat. Kami tidak boleh mengikuti acara pembukaan. Kami lalu beranjak ke mesjid, mencoba menghafal Assh Shaff dan al ma’tsurat disana. Teman-temanku sudah lumayan hafal. Aku hanya nelangsa memikirkan nasibku tiga hari ke depan.

Setelah shalat ashar, kami dibolehkan masuk lagi mengikuti materi pertama. Materi diisi oleh seorang ikhwan yang sudah sering mengisi daurah di kampus. Namun saat itu ia berbeda. Ia menjadi lebih keras dan lebih kejam (menurut penilaianku saat itu). Ia menyuruh kami semua menutup mata dan bertanya tentang tugas-tugas yang telah diberikan, apakah sudah kami penuhi atau belum. Dan yang belum, langsung dihukum. Begitulah hal yang berjalan 2 hari kedepannya. Penuh dengan hukuman.

Namun apa aku menyesal mengikuti pelatihan tersebut?

Alhamdulillah tidak.. Pelatihan itulah yang telah membuka mataku. Pelatihan itu telah memberi tahuku banyak hal. Aku jadi tahu tentang adanya manhaj dakwah kampus, tentang adanya suatu sistem menakjubkan dalam sebuah syuro, dan yang terpenting, aku jadi tahu tentang impian-impian besar menciptakan dunia ikhwah suatu saat nanti.

Saat itu ghiroh ini muncul. Aku harus menjadi bagian dari mereka, bagian dari orang-orang yang berjuang menciptakan impian besar itu, walau mungkin nanti aku tidak sempat mencicipi saat semua itu terwujud.

.

.

Mengupgrade diri dan iman, mempunyai binaan, menjadi qudwah bagi mereka, menjaga segala tingkah laku dan ucapan...

Pikiran-pikiran lain pun bermunculan. Sampai kapan aku seperti itu? Apa sampai akhir hidupku? Lalu kemana kebebasanku? Dimana akan kuletakkan semua mimpiku untuk menapakkan kaki ini di negara-negara menakjubkan sana?

Entahlah….

Aku jadi teringat sebuah sms yang pernah masuk ke HP ku. Kurang lebih bunyinya begini “perjuangan ini baru akan berhenti dan kita bisa melepas lelah hingga kaki ini menapak di surga”

Walau semua mimpi itu terlihat sangat menggiurkan (dan walau sampai saat ini pun aku belum mendapatkan cara mewujudkannya, aku tetap berharap..), aku tidak mau melepaskan kesempatan ini. Allah pasti punya rencana yang sedemikian indah untuk hamba-hambaNya. Mudah-mudahan…

Terkadang timbul kegamangan, apa mungkin akan bertahan sampai akhir hayatku?? Tak sedikit orang yang kusaksikan berhenti di tengah jalan. Senior-seniorku sering menertawakan hal itu (teman-temannya yang sudah berubah itu). Mereka membahas tentang ikhwan A yang sekarang sudah memakai jeans, padahal dulu sewaktu ghiroh pernah menegur ikhwan lain yang memakai topi karena tidak sesuai dengan sunnah Rasul. Atau akhwat F yang terlihat memakai jilbab dililit-lilit ke leher di foto undangan walimahnya, padahal dulu jilbabnya begitu rapi. Atau akhwat X yang sekarang sudah memakai celana padahal dulu selalu memakai rok kemana-mana.

Mungkinkah aku juga akan gagal?

Mudah-mudahan tidak.

Juga tak sedikit aku saksikan orang-orang yang berhasil bertahan. Apa mereka bosan dengan jalan hidup mereka? InsyaAllah tidak.. Mereka tetap bahagia dalam setiap keterbatasan mereka. Karena mereka yakin, akan ada saatnya nanti dimana mereka akan merasakan nikmatnya berbuka setelah sekian lama berpuasa dari segala bujuk rayu dunia. Ya, dua kenikmatan bagi orang yang berpuasa adalah saat berbuka dan ganjaran yang besar dari Allah.

.

.

Aku menulis ini pun sebenarnya dengan penuh keraguan. Aku takut malah ini yang akan menjadi bukti otentik bagi orang lain untuk menuntutku suatu saat nanti.

Namun, aku berharap, tulisan ini akan jadi pelecut bagi diriku untuk bangkit jika aku sempat terjatuh dan berpikir untuk tidak berdiri lagi di jalan berbatu ini suatu saat nanti.


Friday, December 25, 2009

Ikhlas

...................................
Meninggalkan amal karena manusia adalah riya

Beramal karena manusia adalah syirik

Ikhlas beramal adalah yang selamat dari keduanya

.................................................

(Fudhail bin 'Iyadh)

--Penantian--



بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Entah angin apa yang membuai hari ini, membuatku begitu berani mencoretkan sesuatu untuk dirimu yang tidak pernah aku kenali. Aku sebenarnya tidak pernah berniat untuk memperkenalkan diriku kepada sesiapa pun. Apalagi mencurahkan sesuatu yang hanya aku khususkan buatmu sebelum tiba masanya. Kehadiran seorang lelaki yang menuntut sesuatu yang ku jaga rapi selama ini semata-mata buatmu, itulah hati dan cintaku, membuatku tersadar dari lenaku yang panjang.

Ibu telah mendidikku semenjak kecil agar menjaga maruah dan mahkota diriku karena Allah telah menetapkannya untukmu suatu hari nanti. Kata ibu, tanggungjawab ibu bapak terhadap anak perempuan ialah menjaga dan mendidiknya sehingga seorang lelaki mengambil-alih tanggungjawab itu dari mereka. Jadi, kau telah wujud dalam diriku sejak dulu. Sepanjang umurku ini, aku menutup pintu hatiku dari lelaki manapun karena aku tidak mau membelakangimu.

Aku menghalang diriku dari mengenali lelaki manapun karena aku tidak mau mengenal lelaki lain selainmu, apa lagi memahami mereka. Karena itulah aku sekuat ‘kodrat yang lemah ini’ membatasi pergaulanku dengan bukan mahramku. Aku lebih suka berada di rumah karena rumah itu tempat yang terbaik buat sorang perempuan. Aku sering merasa tidak selamat dari diperhatikan lelaki. Bukanlah aku bersangka buruk terhadap kaummu, tetapi lebih baik aku berwaspada karena contoh banyak di depan mata.

Aku palingkan wajahku dari lelaki yang asyik memperhatikan diriku atau coba merayuku. Aku sedaya mungkin melarikan pandanganku dari lelaki ajnabi (asing) karena Sayyidah Aisyah Radhiyallahu `Anha pernah berpesan,

“Sebaik-baik wanita ialah yang tidak memandang dan tidak dipandang oleh lelaki”

Aku tidak ingin dipandang cantik oleh lelaki. Biarlah aku hanya cantik di matamu. Apalah gunanya aku menjadi idaman banyak lelaki sedangkan aku hanya bisa menjadi milikmu seorang. Aku tidak merasa bangga menjadi rebutan lelaki bahkan aku merasa terhina diperlakukan sebegitu seolah-olah aku ini barang yang bisa dimiliki sesuka hati.

Aku juga tidak mau menjadi penyebab kejatuhan seorang lelaki yang dikecewakan lantaran terlalu mengharapkan sesuatu yang tidak dapat aku berikan. Bagaimana akan kujawab di hadapan Allah kelak andai ditanya? Adakah itu sumbanganku kepada manusia selama hidup di muka bumi? Kalau aku tidak ingin kau memandang perempuan lain, aku dululah yang perlu menundukkan pandanganku. Aku harus memperbaiki dan menghias pribadiku karena itulah yang dituntut oleh Allah. Kalau aku ingin lelaki yang baik menjadi suamiku, aku juga perlu menjadi perempuan yang baik. Bukankah Allah telah menjanjikan perempuan yang baik itu untuk lelaki yang baik?

Tidak kunafikan sebagai remaja, aku memiliki perasaan untuk menyayangi dan disayangi. Namun setiap kali perasaan itu datang, setiap kali itulah aku mengingatkan diriku bahwa aku perlu menjaga perasaan itu karena ia semata-mata untukmu. Allah telah memuliakan seorang lelaki yang bakal menjadi suamiku untuk menerima hati dan perasaanku yang suci. Bukan hati yang menjadi labuhan lelaki lain. Engkau berhak mendapat kasih yang tulen.

Diriku yang memang lemah ini telah diuji oleh Allah saat seorang lelaki ingin berkenalan denganku. Aku dengan tegas menolak, berbagai macam dalil aku kemukakan, tetapi dia tetap tidak berputus asa. Aku merasa seolah-olah kehidupanku yang tenang ini telah dirampas dariku. Aku bertanya-tanya adakah aku berada di tebing kebinasaan? Aku beristigfar memohon ampunan-Nya. Aku juga berdoa agar Pemilik Segala Rasa Cinta melindungi diriku dari kejahatan.

Kehadirannya membuatku banyak memikirkan tentang dirimu. Kau kurasakan seolah-olah wujud bersamaku. Di mana saja aku berada, akal sadarku membuat perhitungan denganmu. Aku tahu lelaki yang menggodaku itu bukan dirimu. Malah aku yakin pada gerak hatiku yang mengatakan lelaki itu bukan teman hidupku kelak.

Aku bukanlah seorang gadis yang cerewet dalam memilih pasangan hidup. Siapalah diriku untuk memilih permata sedangkan aku hanyalah sebutir pasir yang wujud di mana-mana.

Tetapi aku juga punya keinginan seperti wanita solehah yang lain, dilamar lelaki yang bakal dinobatkan sebagai ahli syurga, memimpinku ke arah tujuan yang satu.

Tidak perlu kau memiliki wajah setampan Nabi Yusuf Alaihisalam, juga harta seluas perbendaharaan Nabi Sulaiman Alaihisalam, atau kekuasaan seluas kerajaan Nabi Muhammad Shallallahu `Alaihi Wassalam, yang mampu mendebarkan hati juataan gadis untuk membuat aku terpikat.

Andainya kaulah jodohku yang tertulis di Lauh Mahfuz, Allah pasti akan menanamkan rasa kasih dalam hatiku juga hatimu. Itu janji Allah. Akan tetapi, selagi kita tidak diikat dengan ikatan yang sah, selagi itu jangan dimubazirkan perasaan itu karena kita masih tidak mempunyai hak untuk begitu. Juga jangan melampaui batas yang telah Allah tetapkan. Aku takut perbuatan-perbuatan seperti itu akan memberi kesan yang tidak baik dalam kehidupan kita kelak.

Permintaanku tidak banyak. Cukuplah engkau menyerahkan seluruh dirimu pada mencari ridha Illahi. Aku akan merasa amat bernilai andai dapat menjadi tiang penyangga ataupun sandaran perjuanganmu. Bahkan aku amat bersyukur pada Illahi kiranya akulah yang ditakdirkan meniup semangat juangmu, mengulurkan tanganku untukmu berpaut sewaktu rebah atau tersungkur di medan yang dijanjikan Allah dengan kemenangan atau syahid itu. Akan kukeringkan darah dari lukamu dengan tanganku sendiri. Itu impianku.

Aku pasti berendam airmata darah, andainya engkau menyerahkan seluruh cintamu kepadaku. Cukuplah kau mencintai Allah dengan sepenuh hatimu karena dengan mencintai Allah, kau akan mencintaiku karena-Nya. Cinta itu lebih abadi daripada cinta biasa. Moga cinta itu juga yang akan mempertemukan kita kembali di syurga.

Wassalam..

Seorang gadis yang membiarkan dirinya dikerumuni, didekati, diakrabi oleh lelaki yang bukan muhrimnya. Cukuplah dengan itu hilang harga dirinya di hadapan Allah. Di hadapan Allah. Di hadapan Allah.

“PELIHARALAH DIRI DAN JAGA KESUCIAN”




Sumber: sebuah artikel

Thursday, December 24, 2009

Prioritas Cinta --- Kisah Khubaib

Khubaib telah ditawan oleh kabilah Lihyan dalam misi dakwahnya ke perkampungan Udhal dan Qarah, lalu dijual ke pasar Makkah. Layaknya barang dagangan, Khubaib pun dilelang di pasar penjualan budak.

Dalam pelelangan itu Allah menurunkan takdir bahwa Khubaib jatuh ke tangan keluarga Al Harist. Al Harist adalah salah seorang yang pernah dibunuh Khubaib pada Perang Badar. Karena itu bisa ditebak, Khubaib dibeli untuk dijadikan pelampiasan dendam. Keluarga Al Harist sepakat menyiksa Khubaib sebelum membunuhnya dengan keji.

Kematian sudah diambang mata tapi Khubaib tidak gentar sedikitpun menghadapinya. Bahkan dengan penuh kesabaran, seakan-akan ia menikmati prosesi penyiksaan dirinya. Baginya kematian adalah hal yang sudah semestinya dihadapi manusia. Dan jika Allah menghendaki ia mati dengan cara seperti itu, ia yakin kewajibannya sebagai juru dakwah telah berakhir dengan kemenangan. Kematian bagi Khubaib adalah jalan untuk bertemu Allah SWT dan menyerahkan segala hasil kerja yang telah ia lakukan untuk Islam.

Pada detik-detik terakhirnya, Khubaib tampak mempersiapkan diri menghadap Sang Khalik. Sejak awal ditawan ia tak pernah diberi kesempatan untuk membersihkan diri apalagi melakukan ibadah. Sebelum Khubaib digiring ke tiang salib, ia minta dipinjamkan pisau cukur. Disitulah ia mencukur kumis dan jenggotnya yang selama ini tidak terurus. Saat ia sedang mencukur jenggotnya, seorang anak kecil dari keluarga Al Harist berlari menghampiri Khubaib. Kemudian Khubaib mengendong anak itu dengan penuh kasih sayang. Bocah yang tak tahu siapa orang yang sedang menggendongnya itu dengan tenang duduk di atas pangkuan Khubaib. Padahal sebentar lagi, hukuman mati akan dilaksanakan untuk Khubaib.

Sang Ibu yang mengetahui anaknya berada di pangkuan Khubaib merasa sangat cemas karena saat itu Khubaib sedang menggenggam pisau cukur yang tajam. Ia khawatir, kalau-kalau Khubaib menyandera dan membunuh anaknya. Khubaib segera menangkap pandangan cemas dari sang Ibu. Khubaib dengan penuh kasih menggendong anak kecil tersebut pada Ibunya. Sambil menyerahkan anak kecil itu, Khubaib meyakinkan Sang Ibu, bahwa ia tidak akan bertindak seperti yang disangkanya. Khubaib menegaskan, sebagai seorang muslim, ia harus berpegang teguh pada ajaran islam yang melarang membunuh anak-anak, wanita, dan orang tua, meski dalam suasana perang. Ketiga kelompok itu dijamin selamat dari peperangan dan permusuhan. Setelah itu, Khubaib mengembalikan pisau cukur, sambil mengucapkan terima kasih pada salah seorang anak perempuan Al Harist yang meminjamkan pisau itu.

Khubaib akhirnya diseret untuk menjalani hukuman di luar Kota Makkah, bernama Tan’in. Tapi sebelum hukuman mati dilaksanakan, Khubaib berkata

"Beri kesempatan aku untuk melaksanakan shalat dua raka'at," dan permintaan itu dikabulkan.

Setelah salam, Khubaib berkata, "Demi Allah, seandainya kalian tidak mengatakan aku sengaja mengulur waktu karena takut mati, tentu aku akan shalat lebih lama lagi."

Sebelum dibunuh, Khubaib masih sempat bersyair, "Aku tidak peduli walaupun aku dibunuh, asalkan aku muslim. Aku tidak peduli dimana aku mati, selama aku seorang muslim." Kemudian ia berdoa, "Ya Allah, berilah perhitungan kepada mereka. Binasakanlah mereka semua dan janganlah Engkau sisakan seorangpun dari mereka!"

Abu Sufyan yang mendengar hal itu kemudian berkata, "Apakah kamu suka jika Muhammad berada di tengah-tengah kami untuk kami penggal lehernya, sedangkan kamu berada di tengah-tengah keluargamu?"
Khubaib menjawab, "Demi Allah, aku tidak rela jika aku berada di tengah keluargaku sementara Muhammad berada di suatu tempat tertusuk duri sekalipun."

Setelah itu Khubaib pun dibunuh. Orang yang mendapat tugas untuk membunuh Khubaib adalah Uqbah bin Harist. Hal itu dimaksudkan sebagai balasan atas pembunuhan ayahnya dalam Perang Badar.


-----------------------------------------------------



Subhanallah,,sungguh besar cintanya terhadap Allah, Rasulullah, dan Islam (jihad).

Mampukah kita?

mari kita pupuk rasa cinta tertinggi itu hingga ia akan tumbuh subur dan mekar dalam hati kita masing-masing

Dimana Kita?

Baru beberapa kali aku pulang dari kampus ke rumah melewati pasar raya darurat. Pasar raya yang hancur karena gempa sedang direnovasi, sehingga dibuatlah los-los penjual seadanya di sepanjang jalan, dan menyisakan jalan seukuran satu mobil untuk dilewati angkot-angkot.
Belakangan aku memang lebih sering menggunakan mobil atau sepeda untuk ke kampus, jadi tidak pulang melewati jalur tersebut.

Baru saja memasuki kawasan itu, bau-bau amis sudah tercium. Tampaklah gunungan sampah organik seperti sayur-sayuran yang sudah busuk dan buah-buahan yang sudah pecah di tong sampah raksasa yang tak mampu lagi menampung semuanya.

Mobil mulai beringsut-ingsut karena jalanan yang sangat kecil. Sementara semua supir angkot masih terus bersaha mencari penumpang di sepanjang jalan. Saat itulah mata ini mulai memperhatikan dengan seksama pemandangan pasar siang itu.
Tak ada wajah-wajah ceria disana. Yang ada hanyalah wajah-wajah keras, putus asa, letih, dan mengantuk.

Kuperhatikan seorang lelaki tua dan seorang pemuda duduk menunggu pembeli yang tak kunjung datang di dalam losnya. Mereka hanya menjual rempah-rempah, yang mungkin, keuntungan yang bisa mereka dapatkan dalam setiap penjualan hanyalah ratusan rupiah

Seorang lelaki tua tremor berdiri di samping meja yang di atasnya tersusun berbungkus-bungkus garam yang hendak ia jual. Matanya menatap jauh dan kosong, sementara kepala tidak mau berhenti bergerak

Ibu-ibu yang berjualan di tepi jalan, hanya memakai sarung, baju, dan tutup kepala yang sudah lusuh. Kulitnya sudah keriput, jalannya sudah bungkuk

Berbelok ke jalan permindo, mulai tampak pemandangan berbeda. Anak-anak muda berpakaian modis dan berpakaian sekolah hilir mudik bercanda tawa bersama teman-temannya dan membeli aksesoris-aksesoris tidak penting. Padahal mungkin saja penjual-penjual di pasar tadi adalah orang tua atau kakek-nenek mereka.

Dimana aku???

Aku hanya bisa duduk diam menyaksikan semua itu



Bahkan terkadang sewaktu mengendarai mobil pribadi ke kampus masih sering mengeluh karena keadaan mobil yang sangat panas ketika baru saja dinaiki
Masih memikirkan ingin membeli baju baru, atau belum punya jilbab warna itu, atau keberatan ketika harus berjalan di saat siang yang terik membakar kulit
Masih memikirkan ingin pergi jalan-jalan karena bosan dengan hidupku yang begini-begini saja


Betapa berdosanya
Astaghfirullahal'adziim...
Bersenang-senang dengan seluruh harta yang dipunya di saat ada -bukan ada,tapi banyak-saudara kita muslimin dan muslimat di luar sana hidup dengan kecemasan setiap harinya karena takut tidak bisa membawa pulang nasi untuk makan anak-anaknya
Mungkin bisa dimaklumi jika bersenang-senang dengan harta tersebut, karena itu juga hasil jerih payah sendiri. Tapi bagaimana tentang mengeluh? Pantaskah?


Ampuni hamba Ya Allah...


Semoga kita tidak termasuk orang yang kufur nikmat....

Monday, December 7, 2009

SALAM DARI COWOK BEJAT

Hai cewek, ups! Oh Assalamu’alaikum ukh, salam ukhuwah! Haha saya hanya niru apa yang biasa ikhwan yang ucapkan kepada ukhti, hmm untuk nyebutnya kadang saya ga bener maklumlah bahasa Arab saya kan ga pernah belajar, baca Iqro aja plentat-plentot, tapi yang penting keliatan kalo saya ikhwan deh.

Kenapa kalian bisa begitu mempesona dibalik pakaian besar kalian? Saya ga pernah bisa ngerti itu, padahal enakan kalo saya liat cewek baju ketat with short pant uhuuuyyy … apalagi bodi dan mukanya lumayan, yah paling enggak bisa dibanggain kalo diajak jalan. Tapi melihat kalian dengan pakaian besar kalian membuat saya tertarik

Sangat tertarik, apakah dibalik itu semua tubuhmu kudisan? Haha… saya rasa enggak, muka kalian begitu bersih dan kalian sepertinya ga mudah untuk ditaklukkan, dan bener juga kalian begitu susah ditaklukkan. Kenapa bisa sih?Gak mungkin gara-gara jubah guede yang kalian pake kan?

Kau tau, untuk mendapatkan wanita kebanyakan diluar sana begitu mudahnya, saya ajak makan bareng udah bisa cium pipi, saya ajak nonton minimal dapet kissing kalo udah beli coklat dan bunga berarti saya boleh petting dan haha.. ga perlu diceritakan kelanjutannya, yang pasti kalo udah bosen tinggal selingkuh aja, ketahuan juga bodo, tinggal cari lagi.

Hei manis, tahukah sealim apapun kalian , saya udah tau kelemahan wanita, karena kalo saya ga tau kelemahan kalian begitu susah mendekati kalian. Hmm… kenapa saya ajak kenalan langsung lu nolak? Minta nomor telepon apalagi? Hadoh susah juga nih, walaupun saya dapet nomor telepon lu, lu juga ga mau bales ataupun angkat telepon saya.

Tapi saya tau, seperti yang kalian bilang dimana ada niat pasti Allah kasih jalan, dan saya udah niat harus bisa menaklukkan kalian . Dan aha! Ternyata begini cara menaklukkan kalian, ternyata kalian disebut akhwat dan yang cowoknya disebut ikhwan, walaupun lidah saya ga biasa ngucapinnya.
Mulailah saya menelusuri apa itu ikhwan?. Hmm… orang yang kerjaannya ngaji, pake celana ngatung, yah kalo punya jenggot tipis juga gapapa, hoho.. itu mudah saya lakukan, lalu apalagi?hmm… cara ngomongnya lain, kalo ngobrol ama lawan jenis nunduk (apa cari duit jatoh?), entahlah yang penting saya ikut dulu

Dalam waktu dua minggu berubahlah saya seperti ikhwan, plus facebook dan blog saya terlihat islami, dan mulailah saya mencoba mendekati kalian. Ingatkah pertama kali kita kenalan? Saya ucapkan hadist sebagai ukhuwah kita, dengan manis saya bilang “Salam ukhuwah yaa ukhti” , dan kau balas gitu juga.

Mulailah jerat itu saya pasang, kau berani kasih nomor telepon ke saya, dengan itu saya bisa sms kau dini hari untuk sholat tahajud, padahal saya ga sholat dan kebetulan ada petandingan sepakbola haha… sambil nyelam nyari ikan, kan saya kucing air! Hmm… memang susah juga menaklukkan kau, saya harus berkorban banyak nih.

Mulailah saya menelpon buat berdiskusi dan tukar pikiran , tentu aja saya juga stanby di internet biar saya bisa cari jawabannya di internet. Oh saya baru tahu ada namanya kegiatan keagamaan dikampus, ya udah saya juga ikut deh dan duduk deket tirai pembatas, siapa tau kebetulan kau bisa liat saya ada .

Pulang ngaji saya coba ajak pulang bareng naik motor , dengan alesan udah malem gag baek kalo pulang sendiri, haha… kau mau, Yes ! Haha.. ternyata ga terlalu sulit untuk dekat dengan kau, hanya cukup memasang topeng yang kau suka dan kau akan luluh, tinggal saya serang kelemahan setiap wanita yaitu kupingnya.

Walaupun banyak kata-kata yang ga ngerti, tapi saya yakin ini bentuk rayuan maut buat kau, hehe… emang aneh sih sms padahal gag ada kata-kata yang ngerayu misal INU IMU ILU atau sebagainya tapi Cuma kutipan hadist ama Qur’an plus kata-kata bijak dan penyemangat, tapi kenapa bisa bikin kalian luluh? Dasar wanita!

Tahukah kau, saat kau memakai kaus kaki yang terlalu pendek atau bahkan ga sama sekali, terlihatlah betis mu yang indah itu disaat mengendarai motor dan berhenti, padahal saya sering lihat betis bahkan paha wanita tapi kenapa lihat yang ini berbeda? Mungkin gara-gara kau umpetin terus.

Saat kau memakai tas ransel , tanpa kau sadari talinya membuat bentuk tubuhmu terlihat, serrrr….slerp hajar bleh! Apalagi kalau ga pake gamis sadar atau enggak bagian pinggang dan pinggul itu ketat karena roknya…hmmm, Yummy! Kata Chio “kapan lagi liat barang mahal di obral” mantap deh hahaha…ga ngeh kan?

Ga itu aja kok, kalo saya liat lu pake baju yang gelap terus pasti saya tegor “Ukh, kok gelap terus? Kan ga cerah, memang lagi berkabung ya?” dan mulailah dengan instingmu yang pandai berdandan kau akan menggunakan warna cerah agar dilihat oleh saya, haha… lumayan pemandangan bagus buat orang lain bisa saya nikmatin.

Apalagi kalau kalian udah berani pajang muka di internet hahahai… biasanya lebih mudah dibujuk tuh hehehe, tapi gag seru dengan yang itu, saya mau incer yang bener-bener tertutup , pasti lebih tertantang, kapan lagi sih saya bisa menaklukan cewek eh akhwat kek gitu? Suatu prestasi tersendiri dan naikin derajat sayalah .

Sial, kenapa ga ada pacaran islami , pacarannya di masjid gitu kalo gag pacaran lagi demo di jalanan, tapi saya ga nyerah kok, kenapa saya ga coba ta’aruf aja dulu, yah khitbah juga jadi deh, dengan alasan ntar aja saya nikahin kalo udah lulus kuliah dan udah dapet kerja mapan plus kendaraan dan rumah sendiri.

Biarin lama, yang penting saya kek janji dulu , dengan gitu saya bisa tuker biodata, bisa smsan, teleponan, bahkan chatting pake webcam malem-malem haha… ternyata kau tetap wanita yang mempunyai hati yang lemah, sehingga mudah luluh dengan apapun, ahh… untung –untung saya bisa melakukan lebih dengan ini, dan saya yakin bisa!

Saya tau setebal apapun iman kau, hati kau tetap lemah, dan mudah luluh dan saya akan terus mengintai dari situ, mencari celah untuk masuk dan menaikkan pasaran saya sebagai orang yang pernah pacarin wanita yang terkenal alim, hahaha… siapin dirimu!

-- hasil copaste dr message seorg Abang,,taken from www.mujahidcool. multiply. com --

..so, qita harus Menjaga diri kita ya ukhti,,,,,,, jangan Mau terGODA dengan cowok seperti itu,, apalagi percaya dengan ta'aruf yang MAIN2 saja!! bentengi diri kita.,,!! okeh okeh.....!


www.mujahidcool
Source: www.mujahidcool

Thursday, December 3, 2009

Masalah Najis

Aku tak tahu apa ini boleh dipikirkan atau tidak. Tapi hanya berpegang pada kata-kata yang sering diulang dalam alqur'an (afalaa tatafakkaruun..), maka aku memikirkannya.


Jadi yang menyebabkan sesuatu menjadi najis itu apanya? Maksudku, apakah zat nya, prosesnya, atau apa? Kalau dianggap yang najis itu adalah zat yang terjandung di dalamnya. Misal kita ambil contoh adalah urin. Dalam urin itu terkandung asam ureat, amoniak, kandungan zat empedu (sisa-sisa metebolisme bilirubin). Jadi, kalau misalnya kita membuat sebuah senyawa kimia dengan komposisi seperti di atas dengan takaran dan konsentrasi yang sama, apakah senyawa itu menjadi najis? Atau yang membuat 'urin' menjadi najis itu adalah karena ia merupakan sisa-sisa metabolisme yang diekskresikan oleh tubuh?
Trus misalnya begini. Ada sebuah kain (misal alas kasur) yang terkena urin (misal karena ompolan anak kecil). Trus itu kan sudah bernajis, tidak boleh dibawa shalat. Lalu kain itu kering. Kalau sudah kering kan kotorannya itu tidak bisa berpindah sehingga jika tersentuh oleh tangan kita, tangan kita tidak disebut terkena najis. Lalu bagaimana jika tangan kita basah misalnya (zat urin tadi masih ada di kain itu, terbukti dari aromanya), berarti tangan kita sudah terkena najis kan? Pemikiran ini tercetus dari kejadian selama ini yang mungkin sering dilihat. Ada ibu-ibu yang memiliki anak bayi -yang sudah memakan makanan selain ASI-, tidak langsung mengganti alas kasurnya yang sering sekali terkena ompolan anaknya. Namun terkadang, saat dia setelah berwudhu (tangan ataupun kakinya masih basah), dan anaknya menangis, ia naik saja ke atas kasur dan mengenai bagian yang ada sisa urin si bayi.

Lalu kalau kita beranggapan yang membuat sesuatu menjadi najis itu adalah prosesnya (karena dikeluarkan oleh tubuh sebagai kotoran), saya ingin mengambil sebuah contoh. Misal, rinore (ingus) dan air mata. Kita tahu bahwa rinore itu merupakan najis, sedangkan air mata tidak. Lalu bagaimana kalau rinore nya itu dikarenakan air mata nya? Mungkin pada keadaan menangis sewaktu shalat, apakah kita boleh mengelap rinorenya itu dengan mukenah?



Penjelasan tambahan: antara mata dan rongga hidung (cavum nasi) dihubungkan oleh sebuah saluran yang disebut duktus nasolakrimalis. Jadi cairan yang dihasilkan glandula lakrimal (kelenjar air mata) akan diselurkan ke hidung.




Wallaahualam just my opinion,,mohon pendapatnya