Alhamdulillah, tahun ini aku diberi kesempatan untuk berkunjung ke tanah suci bersama Papa, Mama, dan Mak Andung (Ibunya Papa) serta peserta rombongan umroh Nurzikrillah lainnya. Kami berangkat dari Padang di subuh buta menggunakan pesawat Garuda Indonesia ke Jakarta. Dilanjutkan dengan penerbangan Saudi Arabian Airlines pada pukul 13.00 WIB.
Lebih kurang kami punya waktu 5 jam untuk transit di Cengkareng. Kami di drop dulu oleh pihak travel ke Transit Hotel di terminal 2 dan disuguhi makanan dan petunjuk-petunjuk teknis keberangkatan. Nah, keluargaku menggunakan waktu ini untuk bertemu dengan kedua Uda dan Abangku yang tinggal di Jakarta. Kebetulan hari Minggu, mereka libur, sehingga mereka bisa datang kesana.
Pukul 12.00 WIB kami semua mulai bersiap-siap ke dalam terminal. Mak Andung menggunakan kursi roda, karena kaki beliau yang memang sakit dibawa berjalan. Beliau sudah lama menderita osteoarthritis, sehingga lebih baik beliau menggunakan kursi roda. Aku yang mendorong Mak Andung selama proses imigrasi. Setelah itu, pihak pesawat yang memberikan pelayanan mendorong kursi roda sampai masuk pesawat.
Setelah di pesawat, aku melaksanakan shalat zuhur yg dijamak dengan ashar. Kebetulan aku sempat berwudhu di terminal tadi, jadi tinggal shalat aja di pesawat. Dan sementara menunggu-nunggu semua penumpang naik ke pesawat, aku sempat mengambil beberapa foto di dalam pesawat menggunakan kamera digital ku, merk sony.
Pesawat pun mulai bergerak, aku menghentikan kegiatan potret memotret. Kembali duduk tenang dan berdoa untuk keselamatan perjalanan selama 9 jam 30 menit itu.
Di perjalanan, aku kembali mengeluarkan kamera ku. Dan entah kenapa, kamera itu mendadak rusak. Hasil jepretannya jadi banyak garis-garisnya. Foto-foto sebelumnya baik-baik aja, namun tidak bisa lagi mengambil foto dengan hasil yang baik. Itu masih menjadi tanda tanya bagiku.
Aku jadi teringat kisah Mama sewaktu haji tahun 1995 dulu. Waktu itu masih menggunakan kamera biasa, yang pakai film gitu. Kamera Mama waktu itu merk Nikon, dalam keadaan baik. Nah, ada percakapan sat mereka di tanah suci, sesaat setelah mengambil foto menggunakan kamera tersebut, seseorang bertanya "lai ka jadi fotonyo tu?" (apakah fotonya bakal jadi?) lalu dijawab yang lain "lai mah.." (ada)
Dan sewaktu mereka di tanah air, saat akan mencetak foto-foto di kamera tersebut, semuanya hangus. Kecuali beberapa foto saat masih di tanah air saat akan berangkat dan saat sudah pulang. Apakah mungkin karena orang yang menjawab itu lupa mengucapkan kata 'insyaAllah'?? Wallaahualam..
Kembali ke urusan kamera ku, aku tidak tahu kenapa bisa tiba-tiba seperti itu. Entahlah mungkin ada terbersit di hati ini kesombongan bahwa kamera itu bagus atau gimana, aku tidak terlalu ingat. Tapi itu kan masih di Indonesia?? Entahlah.. Atau mungkin hanya karena aku menggunakannya saat mesin pesawat sudah hidup? Sehingga mungkin ada komponen-komponen dalam kamera tersebut yg rusak, apakah magnetnya atau apapun itu...aku tidak tahu..
Waktu Saudi Arabia (WSA) lebih telat 4 jam daripada Waktu Indonesia Barat (WIB). Alhamdulillah kami sampai dengan selamat di Prince Abdul Azis Airport, Madinah pukul 18.30 WSA. Masih agak terang.. Ahamdulillah.. aku menginjakkan kaki di negeri yang pernah didiami Raulullah SAW. Tidak terkira senang hati ini.. alhamdulillah alhamdulillah..
Setelah semua urusan di bandara selesai, kami disambut oleh pihak Nurzikrillah yang berada di Madinah. Ada Ustd. Anwar, Ustd. Basyar, dan Ustd. Ja'far. Mereka semua orang Indonesia yang sudah menetap di Saudi. Menjelang sampai di hotel, mereka bercerita beberapa hal tentang Madinah, dan tanah haram. Tanah yang pada hari kiamat nanti haram dimasuki oleh Dajjal, karena Allah sendiri yang menjaganya. Tentang kemuliaan Madinah dan Masjid Nabawi, selain Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Al Aqsha di Palestine. Aku semakin tidak sabar berziarah kesana..walau pada kesempatan perjalanan kali ini aku tidak akan berkunjung ke Masjid Al Aqsha..tapi mungkin..suatu saat. InsyaAllah..
Bus kami pun sampai di hotel Anwar Movenpick. Kami dibawa dulu ke restoran. Setelah itu baru diantar ke kamar masing-masing. Aku sekamar dengan Mak Andung dan Buk Asnah. Di kesempatan lain insyaAllah aku akan bercerita tentang orang-orang di rombongan ini ;)
Aku mendapat kamar di lantai 8, nomor 8017. Aku masuk kamar...dan subhanallah... Dari jendelaku terlihat langsung Masjid Nabawi. Subhanallah indahnya.. aku tidak berhenti terkagum-kagum. Lampu-lampu di terasnya menambah indahnya arsitektur Masjid itu. Aku tidak sabar..malam itu aku, Mama, dan Papa shalat Isya yang dijamak takhir dengan maghrib disana, walau hanya di terasnya karena masjidnya sudah dikunci. Alhamdulillah :')
|
pemandangan dari kamar hotel - Masjid Nabawi |