Pages

Wednesday, December 30, 2009

Dalam Kegamangan--Semoga Bertahan


‘Keributan’ yang terjadi belakangan ini membuat aku berpikir ulang tentang jalan yang telah aku pilih. Apa aku benar-benar akan disini selamanya, atau hanya saat ini?

Teringat diriku setahun lalu.

Setahun lalu, aku hanyalah seorang biasa. Bukan berarti aku ingin mengatakan bahwa aku yang sekarang adalah orang yang luar biasa, bukan. Aku yang setahun lalu, adalah seseorang yang hidup untuk diriku, keluargaku, dan teman-temanku. Aku larut dalam urusanku sendiri. Tergabung di BEM dan FSKI pun saat itu bertujuan untuk mencari pengalaman berorganisasi dan menambah panjang CVku. Aku yang terus datang ke halaqah hanya karena Kakak dan teman-teman kelompokku tidak bosan mengajakku, dan untungnya teman-temanku disana adalah teman-teman yang setipe dan aku merasa cocok dengan mereka.

Sampai suatu saat, di awal tahun ini, namaku tercantum dalam daftar nama peserta suatu pelatihan. Aku mengikuti technical meetingnya. Disana dibacakan aturan-aturan dan syarat-syarat menjelang dan selama acara. Sangat banyak amalan yaumi yang harus dilakukan. Aku sempat menggerutu dalam hati, “bukan begini caranya untuk mendidik seseorang…!” Ditambah lagi acaranya dilakukan setelah ujian, dan aku juga masih punya banyak tugas di BEM. Kapan aku akan menghafal, mencari, dan membaca buku yang ditugaskan itu?

Tibalah saat acara dilaksanakan. Hari pertama saja, kami langsung dikenai hukuman karena terlambat. Kami tidak boleh mengikuti acara pembukaan. Kami lalu beranjak ke mesjid, mencoba menghafal Assh Shaff dan al ma’tsurat disana. Teman-temanku sudah lumayan hafal. Aku hanya nelangsa memikirkan nasibku tiga hari ke depan.

Setelah shalat ashar, kami dibolehkan masuk lagi mengikuti materi pertama. Materi diisi oleh seorang ikhwan yang sudah sering mengisi daurah di kampus. Namun saat itu ia berbeda. Ia menjadi lebih keras dan lebih kejam (menurut penilaianku saat itu). Ia menyuruh kami semua menutup mata dan bertanya tentang tugas-tugas yang telah diberikan, apakah sudah kami penuhi atau belum. Dan yang belum, langsung dihukum. Begitulah hal yang berjalan 2 hari kedepannya. Penuh dengan hukuman.

Namun apa aku menyesal mengikuti pelatihan tersebut?

Alhamdulillah tidak.. Pelatihan itulah yang telah membuka mataku. Pelatihan itu telah memberi tahuku banyak hal. Aku jadi tahu tentang adanya manhaj dakwah kampus, tentang adanya suatu sistem menakjubkan dalam sebuah syuro, dan yang terpenting, aku jadi tahu tentang impian-impian besar menciptakan dunia ikhwah suatu saat nanti.

Saat itu ghiroh ini muncul. Aku harus menjadi bagian dari mereka, bagian dari orang-orang yang berjuang menciptakan impian besar itu, walau mungkin nanti aku tidak sempat mencicipi saat semua itu terwujud.

.

.

Mengupgrade diri dan iman, mempunyai binaan, menjadi qudwah bagi mereka, menjaga segala tingkah laku dan ucapan...

Pikiran-pikiran lain pun bermunculan. Sampai kapan aku seperti itu? Apa sampai akhir hidupku? Lalu kemana kebebasanku? Dimana akan kuletakkan semua mimpiku untuk menapakkan kaki ini di negara-negara menakjubkan sana?

Entahlah….

Aku jadi teringat sebuah sms yang pernah masuk ke HP ku. Kurang lebih bunyinya begini “perjuangan ini baru akan berhenti dan kita bisa melepas lelah hingga kaki ini menapak di surga”

Walau semua mimpi itu terlihat sangat menggiurkan (dan walau sampai saat ini pun aku belum mendapatkan cara mewujudkannya, aku tetap berharap..), aku tidak mau melepaskan kesempatan ini. Allah pasti punya rencana yang sedemikian indah untuk hamba-hambaNya. Mudah-mudahan…

Terkadang timbul kegamangan, apa mungkin akan bertahan sampai akhir hayatku?? Tak sedikit orang yang kusaksikan berhenti di tengah jalan. Senior-seniorku sering menertawakan hal itu (teman-temannya yang sudah berubah itu). Mereka membahas tentang ikhwan A yang sekarang sudah memakai jeans, padahal dulu sewaktu ghiroh pernah menegur ikhwan lain yang memakai topi karena tidak sesuai dengan sunnah Rasul. Atau akhwat F yang terlihat memakai jilbab dililit-lilit ke leher di foto undangan walimahnya, padahal dulu jilbabnya begitu rapi. Atau akhwat X yang sekarang sudah memakai celana padahal dulu selalu memakai rok kemana-mana.

Mungkinkah aku juga akan gagal?

Mudah-mudahan tidak.

Juga tak sedikit aku saksikan orang-orang yang berhasil bertahan. Apa mereka bosan dengan jalan hidup mereka? InsyaAllah tidak.. Mereka tetap bahagia dalam setiap keterbatasan mereka. Karena mereka yakin, akan ada saatnya nanti dimana mereka akan merasakan nikmatnya berbuka setelah sekian lama berpuasa dari segala bujuk rayu dunia. Ya, dua kenikmatan bagi orang yang berpuasa adalah saat berbuka dan ganjaran yang besar dari Allah.

.

.

Aku menulis ini pun sebenarnya dengan penuh keraguan. Aku takut malah ini yang akan menjadi bukti otentik bagi orang lain untuk menuntutku suatu saat nanti.

Namun, aku berharap, tulisan ini akan jadi pelecut bagi diriku untuk bangkit jika aku sempat terjatuh dan berpikir untuk tidak berdiri lagi di jalan berbatu ini suatu saat nanti.