Pages

Thursday, December 24, 2009

Prioritas Cinta --- Kisah Khubaib

Khubaib telah ditawan oleh kabilah Lihyan dalam misi dakwahnya ke perkampungan Udhal dan Qarah, lalu dijual ke pasar Makkah. Layaknya barang dagangan, Khubaib pun dilelang di pasar penjualan budak.

Dalam pelelangan itu Allah menurunkan takdir bahwa Khubaib jatuh ke tangan keluarga Al Harist. Al Harist adalah salah seorang yang pernah dibunuh Khubaib pada Perang Badar. Karena itu bisa ditebak, Khubaib dibeli untuk dijadikan pelampiasan dendam. Keluarga Al Harist sepakat menyiksa Khubaib sebelum membunuhnya dengan keji.

Kematian sudah diambang mata tapi Khubaib tidak gentar sedikitpun menghadapinya. Bahkan dengan penuh kesabaran, seakan-akan ia menikmati prosesi penyiksaan dirinya. Baginya kematian adalah hal yang sudah semestinya dihadapi manusia. Dan jika Allah menghendaki ia mati dengan cara seperti itu, ia yakin kewajibannya sebagai juru dakwah telah berakhir dengan kemenangan. Kematian bagi Khubaib adalah jalan untuk bertemu Allah SWT dan menyerahkan segala hasil kerja yang telah ia lakukan untuk Islam.

Pada detik-detik terakhirnya, Khubaib tampak mempersiapkan diri menghadap Sang Khalik. Sejak awal ditawan ia tak pernah diberi kesempatan untuk membersihkan diri apalagi melakukan ibadah. Sebelum Khubaib digiring ke tiang salib, ia minta dipinjamkan pisau cukur. Disitulah ia mencukur kumis dan jenggotnya yang selama ini tidak terurus. Saat ia sedang mencukur jenggotnya, seorang anak kecil dari keluarga Al Harist berlari menghampiri Khubaib. Kemudian Khubaib mengendong anak itu dengan penuh kasih sayang. Bocah yang tak tahu siapa orang yang sedang menggendongnya itu dengan tenang duduk di atas pangkuan Khubaib. Padahal sebentar lagi, hukuman mati akan dilaksanakan untuk Khubaib.

Sang Ibu yang mengetahui anaknya berada di pangkuan Khubaib merasa sangat cemas karena saat itu Khubaib sedang menggenggam pisau cukur yang tajam. Ia khawatir, kalau-kalau Khubaib menyandera dan membunuh anaknya. Khubaib segera menangkap pandangan cemas dari sang Ibu. Khubaib dengan penuh kasih menggendong anak kecil tersebut pada Ibunya. Sambil menyerahkan anak kecil itu, Khubaib meyakinkan Sang Ibu, bahwa ia tidak akan bertindak seperti yang disangkanya. Khubaib menegaskan, sebagai seorang muslim, ia harus berpegang teguh pada ajaran islam yang melarang membunuh anak-anak, wanita, dan orang tua, meski dalam suasana perang. Ketiga kelompok itu dijamin selamat dari peperangan dan permusuhan. Setelah itu, Khubaib mengembalikan pisau cukur, sambil mengucapkan terima kasih pada salah seorang anak perempuan Al Harist yang meminjamkan pisau itu.

Khubaib akhirnya diseret untuk menjalani hukuman di luar Kota Makkah, bernama Tan’in. Tapi sebelum hukuman mati dilaksanakan, Khubaib berkata

"Beri kesempatan aku untuk melaksanakan shalat dua raka'at," dan permintaan itu dikabulkan.

Setelah salam, Khubaib berkata, "Demi Allah, seandainya kalian tidak mengatakan aku sengaja mengulur waktu karena takut mati, tentu aku akan shalat lebih lama lagi."

Sebelum dibunuh, Khubaib masih sempat bersyair, "Aku tidak peduli walaupun aku dibunuh, asalkan aku muslim. Aku tidak peduli dimana aku mati, selama aku seorang muslim." Kemudian ia berdoa, "Ya Allah, berilah perhitungan kepada mereka. Binasakanlah mereka semua dan janganlah Engkau sisakan seorangpun dari mereka!"

Abu Sufyan yang mendengar hal itu kemudian berkata, "Apakah kamu suka jika Muhammad berada di tengah-tengah kami untuk kami penggal lehernya, sedangkan kamu berada di tengah-tengah keluargamu?"
Khubaib menjawab, "Demi Allah, aku tidak rela jika aku berada di tengah keluargaku sementara Muhammad berada di suatu tempat tertusuk duri sekalipun."

Setelah itu Khubaib pun dibunuh. Orang yang mendapat tugas untuk membunuh Khubaib adalah Uqbah bin Harist. Hal itu dimaksudkan sebagai balasan atas pembunuhan ayahnya dalam Perang Badar.


-----------------------------------------------------



Subhanallah,,sungguh besar cintanya terhadap Allah, Rasulullah, dan Islam (jihad).

Mampukah kita?

mari kita pupuk rasa cinta tertinggi itu hingga ia akan tumbuh subur dan mekar dalam hati kita masing-masing

1 comment:

Yusuf er Rahimi said...

ALLAHU AKBAR!