Pages

Wednesday, November 4, 2009

Public Speaking



Bicara soal public speaking, berarti berbicara soal soft skill.

Kebanyakan orang memperoleh kemampuan ini dari pengalaman, karena biasanya hal ini tidak diajarkan di sekolah-sekolah ataupun di kampus.

Pengalaman berorganisasi mungkin yang terutama. Dengan berorganisasi, akan ada banyak kesempatan dan waktu bagi seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain, baik dari tingkatan usia ataupun posisi yang sama, lebih rendah, maupun yang lebih tinggi.

Inspirasi tentang tulisan ini sebenarnya muncul saat aku menyaksikan presentasi 4 orang pengurus inti di organisasiku, yaitu Forum Studi Kedokteran Islam (FSKI). Disini aku ingin memberi tanggapan tentang kemampuan public speaking mereka dari waktu ke waktu.

I. Zakiy (Ketua Umum) : mungkin memang dasarnya pendiam, jadi sewaktu di awal-awal dulu aku mengenalnya (dulu ia adalah koordinatorku di biro hujan), ia seperti masih gugup berbicara di depan publik. Namun, walau begitu apa yang ingin disampaikannya sepertinya tetap tersampaikan. Keahliannya yang lain adalah ia bisa merangkai kata. Hal itu sudah aku perhatikan di beberapa sambutannya seperti di raker, mubes, BPO (Buku Panduan Organisasi), acara-acara pembukaan kegiatan-kegiatan FSKI, dll. Dan mungkin, karena jam terbangnya terus meningkat, kemampuan public speaking-nya pun juga meningkat. Sekarang sepertinya tidak masalah lagi baginya untuk berbicara di hadapan khalayak ramai.

II. Deny (Sekretaris Umum) : kalau yang satu ini tidak diragukan lagi. Dari tahun pertama kuliahku di FK Unand, ia sudah sering sekali tampil di depan umum. Entah itu presentasi pleno, kampanye pemilihan anggota DPM, mubes FSKI, dan acara-acara FSKI lainnya. Berbicara di depan orang banyak seperti tak memberi beban apa-apa padanya. Seakan-akan apa yang ada di pikirannya langsung diucapkannya dengan lancar. Begitu juga sekarang. Bahkan ia juga pernah memimpin jalannya acara di Unand atas (sejenis MC) di hadapan mahasiswa-mahasiswa se-universitas. Dan sekarang, keterampilannya semakin bertambah. Terkadang ia tak lupa menambahkan beberapa ‘ice breaking’ jika acara yang dipimpinnya mulai terasa agak kaku.

III. Adik (Bendahara Umum) : Khas-nya seorang Adik adalah, suaranya yang jika semakin lama ia berbicara, akan menjadi kurang stabil, seperti gemetar. Namun sepertinya ia tidak gugup, memang begitu adanya. Adik termasuk orang yang memiliki kemampuan public speaking yang baik. Ia bisa saja tiba-tiba ditunjuk untuk memberikan kultum di dalam sebuah forum, dan kemudian mengalirlah taushiyah yang sepeti sudah ada persiapan sebelumnya.

IV. Rani (Ketua Keputrian) : Rani adalah seorang akhwat yang tenang pembawaannya. Begitu juga jika ia berbicara di depan umum. Dengan tenang ia menyampaikan apa yang akan disampaikannya. Tak luput, terkadang ada sedikit candaan dalam penyampaian (jika forum tersebut memungkinkan untuk diselipkan candaan), dan juga bisa mengajak pendengar berinteraksi (komunikasi dua arah).

Begitulah penilaianku terhadap kemampuan public speaking para inti FSKI 2009 tersebut. Sepertinya pengalaman berorganisasi telah mengasah kemampuan mereka berbicara di depan umum.

Kemampuan public speaking bukanlah hal kecil, yang bisa diabaikan. Kedengarannya seperti tidak penting, apalagi bagi mahasiswa kedokteran yang menganut paham study oriented.

Namun kalau kita tilik lagi, mungkin justru profesi dokter lah yang sangat memerlukan kemampuan ini. Seorang dokter nantinya akan berinteraksi dengan manusia, apakah itu pasien, rekan sejawat, petinggi-petinggi kecamatan atau kelurahan tempat puskesmas yang dipimpin, mahasiswa yang dibimbing, dll.

Aku jadi teringat dengan pengalamanku.

Kuakui, kemampuanku dalam hal ini memang sangat-sangat jauh dari baik. Aku tidak bisa berbicara secara terstruktur. Saat tutorial, sebisa mungkin kesempatan berbicara aku selesaikan dengan cepat. Hal-hal yang ingin aku sampaikan pun (walau sudah kucatat) sering kali tak tersampaikan kerena aku buru-buru ingin diam kembali. Padahal penilaiannya adalah dari seberapa sering dan bobot dari penyampaian kita itu. Yah, mau bagaimana lagi.... :(

Juga saat ujian skills lab kemarin. Aku sudah berusaha menghafal poin-poin check list lembar penilaian ujian itu (ini kelemahanku yang satu lagi,,TAK BISA MENGHAFAL). Namun, apa yang terjadi saat ujian?? *blank… Mungkin tindakan-tindakan yang aku lakukan sudah benar, namun saat pelaporan lah hal-hal yang menimbulkan penyesalan itu terjadi. Aku hanya melaporkan warna saat melaporkan keadaan membran timpani (tidak ada laporan tentang apakah utuh atau tidak, kalau terjadi perforasi bagaimana, reflek cahaya membrannya). Aku lupa melaporkan keadaan concha media dan concha inferior saat melaporkan keadaan rongga hidung. Aku lupa menyampaikan frekuensi garpu tala mana yang digunakan saat melakukan tes penala. Belum lagi ketidaksempurnaan dan kegugupan dalam pelaporan-pelaporan hal lain.

Sang instruktur hanya diam. Namun saat kami dikumpulkan kembali setelah semua anggota kelompokku ikut ujian, beliau menyampaikan betapa pentingnya komunikasi di dunia profesi dokter.

Mungkin dengan komunikasi yang baik dalam menyampaikan hasil pemeriksaan fisik terhadap seorang pasien,kita bisa berkonsultasi dengan Konsulen via telepon untuk meminta pertimbangan terapi pasien.

Mungkin dengan komunikasi yang baik terhadap pasien, kita sedikit banyak telah melakukan terapi secara psikis terhadap pasien tersebut.

Mungkin dengan komunikasi yang baik saat penyuluhan kesehatan, kita bisa memotivasi masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dan turut serta membantu mewujudkan Indonesia sehat.

Wah, banyak lagi sepertinya..

Dan yang juga tak kalah utama, komunikasi yang baik merupakan bekal penting seorang dai. Seorang dai harus menyeru (berdakwah) dengan cara hikmah. Dan kita sudah menjadi dai sebelum menjadi apa pun.

Sungguh, public speaking itu perlu!!

7 comments:

Anonymous said...

Bermanfaat...apalagi bagi yang bernama si zaki di atas...

emilia90 said...

kenapa emangnya?

Adik said...

Subhanallah,sgl puji hny bg Allah.
Itu yg namany mrendah u mninggi y Nis,,
Ywd,krng ahsan kl tdk dbls.
Nissa (Koord Kestari). Kmmpuan bliau dlm mrangkai kata mjd klmt,klmt mjd pargrf,prgrf mjd tlsn tdk dirgkn lg,aplg sjk smkn srng bkcmpng d media elktrnk ini,seakn bliau mnemukn ldng br u menelorkn tlsn2ny.,tak prlu mnnggu wkt yg lm dlm mbwt 1bh tlsn,n mngalrlh tlsn2 itu..Ttg appn bhkn,, bhkn tkdng hny ttg kgtn ny shri itu,tp spt ny bliau mrs krng kl tdk mngorsknny mjd untaian tlsn.
U bbicr pun tdk sjlk yg bliau ktkn d ats,, bktny bliau jg srng bbcr d dpn umun n mmbuat dr ini tpana sjenak.
U prstasi?tak ush dtnykn lg,, bliau tmsk slh seorng 'ORANG AKADEMIKERS BPENGARUH' d angktn kami... Tlsn rapi, IT ny tglng hbt, bnyk tmnny, ramah,,wah pokokny msh bnyk hal2 pstf lain d drny. Msk usia bliau tgolong msh muda,tp tdk mhalangi u sll mperbaiki n mngupgrade dr ny mnju Muslimah Sejati.
KEEP ISTIQAMAH SDRI KU! :D Wallahu'alam..,

emilia90 said...

“Ya Allah, janganlah Engkau hukum aku karena apa yang dikatakan oleh orang-orang itu.
Dan ampunilah aku dari apa yang tidak mereka ketahui (dari diriku).
Dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka kira”


tp Dik,,syukrn ya ukht... ^_^

micelia amalia sari said...

hmm.. soft skill ni emg perlu bgd kak
dulu, pas awal2 tutorial jg kagok bwt ngomong banyak2, blm tbiasa, tp skrg dah berusaha bwt upgrade diri, gmn nyampein sesuatu bs menarik n nyampai ama yg nyimak, hmmm ..tp emg sih, d kelompok kecil aja kita ngomong groginya minta ampun apalag klo bnyk org..hrs punya mental yg kuat

emilia90 said...

iya Ce,,kuncinya emang latihan,,lama2 insyaAllah jadi terbiasa...
Ice ngerasain kan ada kemajuan sejak pertama tutorial dulu dibanding sekarang?

Yusuf er Rahimi said...

Serulah dengan hikmah, keteladanan, dan diskusi yang baik..